Kerusakan Moral Bangsa Indonesia
Moral
adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan
manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang
berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga
sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama.
Adapun faktor-faktor penyebab
terjadinya kerusakan moral adalah sebagai berikut:
1.
Kemajuan teknologi, Dampak
globalisasi teknologi memang dapat memberikan dampak positiftetapi tidak dapat
di pungkiri lagi bahwa hal ini juga dapat berdampak negative bagi kerusakan
moral. Perkembangan internet dan ponsel berteknologi tinggi terkadang dampaknya
sangat berbahaya bila tidak di gunakan oleh orang yang tepat. Misalnya : Video
porno yang semakin mudah di akses di ponsel dengan internet, mahasiwa sebagian
yang tidak sempat belajar ketika ujian menggunakan hp untuk internet atau
menanyakan kepada temannya lewat sms. Hal tersebut memang sangat memudahkan
tapi itu melatih adanya sifat ketidakjujuran kepada mahasiswa itu sendiri
sehingga menjadi awal dari kerusakan moral.
2.
Memudarnya kualitas keimanan. Sekuat
apapun iman seseorang, terkadang mengalami naik turun. Ketika tingkat keimanan
seseorang menurun, potensi kesalahan terbuka. Hal ini sangat berbahaya bagi
moral, Jika dibiarkan tentu membuat kesalahan semakin kronis dan merusak citra
individu dan institusi. Contohya saja jika para pejabat negeri ini memiliki
landasan agama yang baik,maka apa berani dia memakan uang
rakyat(Korupsi)?!
3.
Pengaruh lingkungan. Tidak
semua guru itu punya sifat yang buruk dan sebaliknya. Terkadang seorang guru
melakukan kesalahan karena ada pengaruh buruk dari linkungan sekitarnya.
Kondisi lingkungan rumah dan pengaruh kurang baik dari guru lain dapat
mendorong seorang guru untuk berbuat kesalahan.selain itu Pengaruh budaya barat
serta pergaulan dengan teman sebayanya yang sering mempengaruhinya untuk
mencoba dan akhirnya malah terjerumus ke dalamnya. Lingkungan adalah faktor
yang paling mempengaruhi perilaku dan watak remaja. Jika dia hidup dan
berkembang di lingkungan yang buruk, moralnya pun akan seperti itu adanya.
Sebaliknya jika ia berada di lingkungan yang baik maka ia akan menjadi baik
pula.
4.
Hilangnya kejujuran.
Berdasarkan laporan hasil investigasi sebuah lemb
aga survei dinyatakan bahwa korupsi menyebar
merata di wilayah negara ini, dari Aceh hingga Papua. Karena itu dari tahun ke
tahun posisi Indonesia sebagai negara terkorup selalu menduduki peringkat 10
besar dunia dalam indeks persepsi korupsi (CPI) menurut data dari Transperenscy
International.
5.
Hilangnya Rasa Tanggung Jawab.
Sebelum bendungan Situ Gintung jebol, Kompas 28 Juli 2008 memberitakan
bahwa sebanyak 50 bendungan dari total 106 dinyatakan rusak. Rusaknya
infrastruktur pengairan ini menurut penelitian disebabkan perawatan operasional
bangunan yang kurang memadai. Masalah seperti ini terjadi juga pada
infrastruktur lainnya seperti banyaknya gedung yang hampir roboh. Kasus lain
adalah rusaknya beberapa ruas rel kereta api yang diakibatkan besi baja rel
kereta diambil oleh oknum. Berita-berita tersebut merupakan cermin bahwa telah
terjadi penurunan moral tanggung jawab di masyarakat yang dapat berakibat fatal
bagi keselamatan masyarakat.
6.
Tidak Berpikir Jauh ke Depan (Visioner)
Eksploitasi alam adalah salah satu bentuk dari produk berpikir jangka pendek.
Sebagai contoh, pembalakan hutan mencapai 0,6-1,3 juta ha/tahun (Abdoellah,
1999), bahkan angka tersebut diperkirakan telah melonjak menjadi 1,3–2 juta
ha/tahun (KMNLH, 2002). Akibat dari berbagai eksploitasi alam telah menimbulkan
berbagai bencana. Dalam kurun waktu 2006-2007 bencana ekologis (banjir,
longsor, gagal panen, gagal tanam, kebakaran hutan) tercatat 840 kejadian
bencana.
7.
Rendahnya Disiplin.
Pada Sabtu, 9 Februari 2008 Suara Karya memberitakan bahwa ribuan
pegawai negeri sipil (PNS) di DKI Jakarta dan berbagai daerah nekat tidak masuk
kerja alias mangkir pada hari pascalibur Imlek 2559 (8/2). Kasus mangkir,
selalu terjadi setiap hari kejepit atau pascalibur (cuti) nasional. Disebutkan
bahwa meski ada aturan PP No.30/1980 yang menyatakan bahwa ada tiga tingkatan
pemberian sanksi kepada PNS dari mulai hukuman disiplin ringan, sedang, dan
berat, namun budaya mangkir ini masih kental di kalangan pegawai negeri. Hal
ini merupakan cermin karakter bangsa yang mengabaikan budaya disiplin.
8.
Kriris Kerjasama Terjadinya
perpecahan dan benturan di antara komponen masyarakat menunjukkan bahwa bangsa
ini sedang mengalami krisis persatuan dan melunturnya budaya kerjasama.
Demikian juga dengan jumlah kasus tawuran di antara mahasiswa dan pelajar yang
cenderung meningkat.
9.
Krisis Keadilan Partnership
for Governance Reform pada 2002 menempatkan lembaga peradilan di Indonesia
menempati peringkat lembaga terkorup menurut persepsi masyarakat. Hal tersebut
diperkuat dengan laporan Komisi Ombudsman Nasional (KON) tahun 2002, bahwa
berdasarkan pengaduan masyarakat menyebutkan penyimpangan di lembaga peradilan
menempati urutan tertinggi.
10. Krisis
Kepedulian Media massa beberapa waktu yang lalu
melaporkan adanya beberapa warga masyarakat yang meninggal akibat kelaparan.
Berita ini menunjukan bahwa kepedulian juga telah menipis dalam kehidupan
masyarakat. Jika kita melihat potret kehidupan bangsa saat ini, maka jelas terlihat
bahwa masalah moral sesungguhnya merupakan hal yang tidak kalah penting
dibanding masalah ekonomi. Jika hal itu dibiarkan, akan mengancam masa depan
bangsa. Namun sayang, masalah moral ini kerap terpinggirkan dari agenda dan
rencana para calon pemimpin bangsa.
Kemunduran mental atau moralitas bangsa, terutama di kalangan
pejabat, terlihat pada kasus-kasus korupsi, kolusi, nepotisme yang terus
mengalami regenerasi. Pejabat, baik di pusat maupun di daerah banyak yang
menjadi benalu bagi Negara dan remaja penerus
bangsa
Seperti yang di muat dalam
pancasila khususnya sila ke-2 “Kemanusiaan yang adil dan beradap”. Dari
pernyataan ini mengandung maksud bahwa rakyat Indonesia diharapkan untuk hidup
adil dan beradap. Untuk mencapai masyarakat yang beradap di perlukan moral dan
gaya hidup yang baik. Moral dan gaya hidup bangsa Indonesia tercermin pada
perbuatan-perbuatan rakyat Indonesia itu sendiri khususnya para remaja
sebagai generasi penerus sekaligus ujung tombak bangsa Indonesia ."Moral bangsa ini sudah mengarah kepada
kerusakan. Bangsa Indonesia yang terkenal santun dengan budaya ketimurannya
hampir tidak terlihat. Bangsa ini kurang bersyukur,bangsa Indonesia saat ini memiliki tiga penyakit yang sukar dihilangkan,
seperti kurang pandai bersyukur, hobi menghujat dan suka mencari kesalahan
serta gemar mengeluarkan kalimat yang tidak baik. Hal ini terbukti dalam
pemberitaan sejumlah media massa dan media sosial.
Zaman Sekarang kebanyakan orang jika melihat orang lain
kesusahan.
logat jakartanya “Elu, ya elu lah. bukan masalah gue”. Atau malahan tanpa ada rasa respect sama sekali.
logat jakartanya “Elu, ya elu lah. bukan masalah gue”. Atau malahan tanpa ada rasa respect sama sekali.
Yah, beginilah keadaan mental bangsa saaat ini.
Gak ada rasa tenggang rasa, gak ada perasaan saling tolong menolong sesama manusia, gak ada rasa kekeluargaan. Mentalnya udah berubah ke mental masyarakat modern, yang acuh tak acuh sama keadaan sekitar. Hanya mementingkan kepentingan sendiri.
Gak ada rasa tenggang rasa, gak ada perasaan saling tolong menolong sesama manusia, gak ada rasa kekeluargaan. Mentalnya udah berubah ke mental masyarakat modern, yang acuh tak acuh sama keadaan sekitar. Hanya mementingkan kepentingan sendiri.
Gaya masyarakat remaja modern saat ini juga sudah semakin
memprihatinkan karena banyak remaja yang bahkan sudah tidak mempunyai rasa malu
dan mengikuti gaya kebaratbaratan yang bahkan seperti tidak pernah diajarkan
tentang moral oleh orang tua bahkan disekolah, banyak masyarakat yang pintar
secara otak tetapi buruk secara moral karena banyak pengaruh tidak baik yang
diterima secara mentah-mentah
DAFTAR PUSTAKA
http://www.dnaberita.com/berita-90065-tifatul-moral-bangsa-sudah-mengarah-kepada-kerusakan.html.html